Home » , » Raya Kupat

Raya Kupat


***Melihat Tradisi Raya Ketupat di Buntet Pesantren
Siapkan Ribuan Ketupat, Membuatnya dalam Kondisi Puasa dan Suci

Setelah berakhirnya Lebaran Idul Fitri, ternyata sebagian umat Islam banyak yang merayakan Raya Ketupat. Yakni, tradisi setelah berpuasa di bulan Syawal dengan memakan ketupat.

TRADISI Raya Ketupat ini setiap tahunnya dilakukan masyarakat Buntet Pesantren, Desa Mertapada Kulon Kecamatan Astanajapura Kabupaten Cirebon.
Menurut cerita masyarakat setempat, tradisi makan ketupat setelah puasa Syawal sudah berlangsung sejak zaman penyebaran Islam di tanah Jawa oleh Wali Songo. 
Tradisi Raya Ketupat tersebut banyak diyakini oleh warga sekitar sebagai tradisi yang penuh dengan makna dan filosofi kerukunan antar umat beragama. Ditambah lagi, tradisi tersebut juga diyakini penuh dengan keberkahan bagi siapa saja yang menjalankannya.
Salah seorang kiai sepuh yang ada di Buntet Pesantren KH Hasan Syafi'i mengatakan, tradisi Raya Ketupat atau Lebaran Syawalan merupakan tradisi warisan dari Wali Songo yang masih ada dan selalu dilakukan oleh warga sekitar Buntet hingga saat ini.
“Tradisi ini akan terus dipertahankan hingga generasi yang akan datang. Sebelum kita lakukan Raya Kupat, kita terebih dahulu melakukan puasa Syawal setelah hari raya Idhul Fitri kemarin, Raya Ketupat ini dari tanggal 2 Syawal sampai tanggal 7 Syawal,” terangnya.
Dikatakan Kiai Hasan, tradisi Raya Ketupat di sebut masyarakat sebagai Lebaran kedua.
“Tradisi ini dilakukan sejak berdirinya pesantren dan dilakukan hingga saat ini bahkan sejak penyebaran agama Islam oleh Wali Songo,” ungkap KH Hasan, Jumat (24/7), saat ditemui di kediamannya di Pondok Pesantren Buntet.
Dikatakan Kiai Hasan , ketupat diartikan sebagai simbol kalepatan atau kesalahan kata-kata.
Dengan demikian, sambungnya, sampai sekarang tradisi Raya Ketupat itu dijadikan sebagai momen untuk mempererat tali silaturahim setelah hari raya Idhul Fitri. 
Dalam tradisi yang dilakukan setiap tahun tersebut, kata dia, ada sekitar 2 ribu ketupat yang dibuat oleh para santri di asrama yang diasuhnya.
Untuk proses pembuatannya, sambung Kiai Hasan, dengan cara atau harus dibarengi dengan melakukan puasa dan membaca salawat nabi dan dalam keadaan suci atau punya air wudu.
“Makanya ketupat itu jadi barang rebutan oleh santri dan warga, karena memiliki keberkahan. Semua ketupat dibagikan ke jamaah dan masyarakat sekitar serta santri. Tradisi ini ada dilakukan di setiap pesantren,” pungkasnya. (Kim Abdurakhim)
FOTO : KIM ABDURROKHIM/RAKYAT CIREBON
Anda sedang membaca artikel tentang Raya Kupat Anda boleh menyebar luaskannya Artikel ini, namun jangan lupa untuk meletakkan link sumbernya.

0 comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.