Sudah hampir 19 tahun, Suwendo mengidap penyakit hydrocepalus. Hingga kini, warga yang tinggal di Blok Manis 2 RT03/03 Desa Japura Kidul Kecamatan Astanajapura ini hanya bisa pasrah dengan penyakit yang diteritanya itu.
KECERIAAN tampak di wajah Suwendo. Saat wartawan koran ini datang kediamannya, Sewendo yang kala itu mengenakan kaos hitam sedang berada di teras rumah.
Seolah tidak sedang mengalami sakit serius, pria yang mengidap penyakit hydrocephalus sejak usia dua bulan itu asyik bersenda gurau dengan saudaranya.
Suwendo memang hanya sesekali keluar rumah dengan merangkak. Biasanya, Suwendo hanya bisa terbaring di tempat tidur.
Menurut pengakuan Carini, ibu Suwendo, pihaknya tidak bisa membawa anaknya berobat karena keterbatasan biaya. “Saya sudah lama ditindal suami, jadi saya gak kuat untuk membiayai berobat,” katanya.
Dikatakan Carini, jangan kan untuk biaya perawatan di rumah sakit, untuk biaya sehari-hari saja masih sulit.
Carini mengaku hanya bisa pasrah dan mengharapkan adanya uluran tangan dari pemerintah dan kepada dinas terkait untuk meringankan beban Suwendo.
Diakui Carini, selama ini ada bantuan dari warga dan donatur tetapi bantuan sembako. “Setelah memberi bantuan setelah itu gak ada kelanjutannya,” ujarnya.
Padahal, sambungnya, dirinya ingin mengobati anaknya dan berharap bisa sembuh.
Sementara itu, Suwendo sendiri masih bsia berkomunikasi, tetapi tidak seperti orang kebanyakan. Saat ditanya masalah cita-cita, Suwendo dengan jelas mengungkapkan dirinya ingin menjadi kiai atau ustad.
“Saya setiap hari tidur saja, bosen ya keluar rumah,” ungkap Suwendo.
Selama dirinya mengidap penyakit tersebut, dirinya memang sama sekali tidak mengenyam pendidikan formal maupun non formal seperti layaknya kebanyakan orang seusaianya.
Suwendo mengaku ingin sembuh dari sakit yang dideritanya sejak bayi itu. “Saya ingin sembuh tetapi tidak bisa berobat,” tutupnya. (kim)
FOTO : KIM ABDURROKHIM/RAKYAT CIREBON
INGIN SEMBUH. Suwendo (tengah) selama 19 tahun mengidam penyakit hydrocephalus tetapi tidak mampu berobat, kemarin.
0 comments:
Post a Comment