Home » » Kenaikan Harga Beras Dianggap Tidak Wajar

Kenaikan Harga Beras Dianggap Tidak Wajar

SUMBER– Menjelang akhir tahun, harga kebutuhan pokok terus merangkak naik. Satu bahan pokok yang naik tidak wajar adalah beras.
Pantauan wartawan koran ini, kenaikan tidak hanya terjadi di beras bermerek saja, tapi beras Bulog juga ikut mengalami kenaikan yang cukup signifikan.
Namun, harga bahan pokok beras yang kian meroket diindikasi bukan akibat minimnya jumlah hasil pertanian. Pasalnya, hingga kini Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Kehutanan Kabupaten Cirebon melaporkan stok gabah lebih dari cukup.
“Kenaikan harga beras diduga karena adanya praktik nakal di pasaran,” kata Sekretaris Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Kehutanan Kabupaten Cirebon Muhidin saat dihubungi wartawan, Minggu (28/12).
Dalam sepuluh tahun terakhir, kata Muhidin, produksi gabah tidak pernah mengalami kekurangan. Hingga Desember 2014 ini, sebut Muhidin, penyediaan gabah surplus sebanyak 122.517 ton. Selain Cianjur dan Indramayu, Kabupaten Cirebon menjadi daerah yang mampu mencukupi kebutuhan berasnya.
“Kalau tugas kami dari mulai pengadaan bahan pokok sampai menjadi gabah siap giling. Kalau di pasar kesulitan, kami tidak tahu. Karena sampai sekarang surplus. Tidak tahu tidak boleh beredar,“ kata dia.
Menurut Muhidin, gabah kering giling di Kabupaten Cirebon surplus 84.007 ton. Namun sulitnya pasar mendapat beras bisa disebabkan karena pedagang besar lebih memilih menjual beras ke luar daerah karena harganya lebih tinggi.
“Kalau sudah begitu siapa yang mau melarang karena itu bukan barang subsidi,“ ujarnya.
Pasca pemerintah pusat menaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi, harga beras di Kabupaten Cirebon terus menanjak dengan kenaikan Rp100 sampai Rp 200/hari.
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon menyatakan, kenaikan ini disebabkan beberapa faktor. Antara lain kemarau panjang yang sempat melanda Kabupaten Cirebon membuat jumlah produksi padi petani menurun. Kondisi ini pun diperparah dengan mundurnya masa tanam.
Selain itu, kenaikan harga BBM memberi pengaruh signifikan melonjaknya harga beras.
“Dengan menurunnya jumlah produksi dan menipisnya jumlah persedian yang ada mengharuskan kita mengambil dari luar kota. Mana yang lebih dulu panen. Ini tentunya terbentur dengan nilai biaya distribusi,“ kata Kepala Seksi Perdagangan Dalam Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon Dini Dinarsih.
Menurut Dini, kenaikan beras saat ini menjadi yang tertinggi. Sebelumnya harga beras tidak pernah menyentuh di atas Rp 9.000. Bahkan di masa Idulfitri atau Natal sekali pun.
“Memang biasanya harga beras ini meningkat memasuki akhir tahun. Tapi kali ini memang paling tinggi,“ katanya. (kim)
Anda sedang membaca artikel tentang Kenaikan Harga Beras Dianggap Tidak Wajar Anda boleh menyebar luaskannya Artikel ini, namun jangan lupa untuk meletakkan link sumbernya.

0 comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.