Omzet Bisa Rp8 Juta/Hari, Pembeli dari Luar Kota |
Demam batu akik merambah hingga Kota Cirebon. Hal ini terlihat dari ramainya pemakai batu yang memiliki beragam warna dan jenis tersebut.
MULAI dari kalangan pejabat pemerintahan hingga masyarakat biasa, beramai-ramai mencari batu sesuai dengan kesukaannya masing-masing. Seperti yang terlihat di pusat penjualan batu akik di Pasar Kanoman, kemarin.
Puluhan bahkan ratusan penjual batu dari Pecinan hingga Keraton Kesepuhan dan dari Talang hingga Winaon, berjejer berdekatan menjajakan berbagai jenis batu dengan harga yang bervariasi.
Batu yang ramai dicari pembeli adalah batu bacan, bio solar dan indokres. Ketiga batu tersebut memiliki warna dan keunikan tersendiri bagi masyarakat pecinta batu. Meski harganya cukup tinggi, namun minat pembeli tetap tinggi.
Harga ketiga batu itu bisa mencapai puluhan juta rupiah, bahkan ratusan juta. Sedangkan untuk yang masih belum jadi atau bahan, harganya sekitar Rp200-Rp300 ribu.
Sementara, batu lain yang banyak dicari diantaranya, black oval, virus, pancawarna, sulaiman dan merah siem.
Di pusat penjualan batu tersebut, para pedagang juga menjual batu bahan atau masih bongkahan dalam bentuk kecil.
Selain itu, banyak juga pedagang yang sekaligus menyediakan jasa pemotongan dan pembuatan batu akik.
Salah satu pedagang yang sudah 30 tahun berjualan batu akik di sekitar Pasar Kanoman, Romo Johan (66) mengatakan, saat ini penjual dan pecinta batu akik mengalami peningkatan secara signifikan.
Hal itu dapat dilihat dari banyaknya penjual batu baru, dan ramainya pusat penjualan batu.
“Sekarang sih gak orang dewasa saja mas, anak-anak dan perempuan juga beramai-ramai mencari batu akik,” ujarnya saat ditemui, kemarin (13/1).
Menjadi seorang penjual batu, menurut pedagang yang kerap disapa Romo adalah sebuah profesi yang unik.
Selain mampu membedakan berbagai jenis batu, juga bisa memilikinya untuk koleksi dan tentu mendapatkan keuntungan besar dari penjualan tersebut.
Walau lapaknya kecil, tapi dalam kondisi ramai ia beserta istri mampu meraup omzet Rp8 juta dalam sehari.
Sedangkan jika dalam keadaan sepi, dirinya hanya mendapatkan Rp2 juta. Meski saat ini persaingan penjual batu lebih ketat, namun hal itu tidak membuat dagangan nya sepi.
Berbagai jenis batu kualitas bagus dan biasa ia jual, di tahun 2015 ini, kata dia, batu bacan masih menjadi batu termahal dan paling dicari. Padahal, lanjut Johan, bacan merupakan batu terbaik kedua setelah bio solar.
“Kami menyediakan batu yang mahal dan juga murah, paling murah seperti batu sayur. Seharga Rp100 ribu juga dapat,” imbuhnya.
Banyaknya penjual batu akik di Kota Cirebon, mampu menarik minat pembeli dari kota lain, seperti Lampung, Tegal dan Brebes serta Jakarta.
Pasalnya menurut warga asli Cirebon itu, batu yang dijual di Cirebon harganya cukup terjangkau, jika dibandingkan dengan kota lainnya.
“Warga Jakarta sendiri banyak yang beli di sini untuk dijual kembali,” cetusnya.
Dirinya beserta rekan-rekannya meminta agar pemerintah memperhatikan para pedagang batu.
Minimalnya dengan menyediakan lahan khusus sebagai pusat penjualan batu. Tidak seperti, saat ini yang masih terpecar. ”Saat ini, warga ada yang beli ke Kesepuhan, Winaon, Pecinan dan Talang,” pungkasnya.
MULAI dari kalangan pejabat pemerintahan hingga masyarakat biasa, beramai-ramai mencari batu sesuai dengan kesukaannya masing-masing. Seperti yang terlihat di pusat penjualan batu akik di Pasar Kanoman, kemarin.
Puluhan bahkan ratusan penjual batu dari Pecinan hingga Keraton Kesepuhan dan dari Talang hingga Winaon, berjejer berdekatan menjajakan berbagai jenis batu dengan harga yang bervariasi.
Batu yang ramai dicari pembeli adalah batu bacan, bio solar dan indokres. Ketiga batu tersebut memiliki warna dan keunikan tersendiri bagi masyarakat pecinta batu. Meski harganya cukup tinggi, namun minat pembeli tetap tinggi.
Harga ketiga batu itu bisa mencapai puluhan juta rupiah, bahkan ratusan juta. Sedangkan untuk yang masih belum jadi atau bahan, harganya sekitar Rp200-Rp300 ribu.
Sementara, batu lain yang banyak dicari diantaranya, black oval, virus, pancawarna, sulaiman dan merah siem.
Di pusat penjualan batu tersebut, para pedagang juga menjual batu bahan atau masih bongkahan dalam bentuk kecil.
Selain itu, banyak juga pedagang yang sekaligus menyediakan jasa pemotongan dan pembuatan batu akik.
Salah satu pedagang yang sudah 30 tahun berjualan batu akik di sekitar Pasar Kanoman, Romo Johan (66) mengatakan, saat ini penjual dan pecinta batu akik mengalami peningkatan secara signifikan.
Hal itu dapat dilihat dari banyaknya penjual batu baru, dan ramainya pusat penjualan batu.
“Sekarang sih gak orang dewasa saja mas, anak-anak dan perempuan juga beramai-ramai mencari batu akik,” ujarnya saat ditemui, kemarin (13/1).
Menjadi seorang penjual batu, menurut pedagang yang kerap disapa Romo adalah sebuah profesi yang unik.
Selain mampu membedakan berbagai jenis batu, juga bisa memilikinya untuk koleksi dan tentu mendapatkan keuntungan besar dari penjualan tersebut.
Walau lapaknya kecil, tapi dalam kondisi ramai ia beserta istri mampu meraup omzet Rp8 juta dalam sehari.
Sedangkan jika dalam keadaan sepi, dirinya hanya mendapatkan Rp2 juta. Meski saat ini persaingan penjual batu lebih ketat, namun hal itu tidak membuat dagangan nya sepi.
Berbagai jenis batu kualitas bagus dan biasa ia jual, di tahun 2015 ini, kata dia, batu bacan masih menjadi batu termahal dan paling dicari. Padahal, lanjut Johan, bacan merupakan batu terbaik kedua setelah bio solar.
“Kami menyediakan batu yang mahal dan juga murah, paling murah seperti batu sayur. Seharga Rp100 ribu juga dapat,” imbuhnya.
Banyaknya penjual batu akik di Kota Cirebon, mampu menarik minat pembeli dari kota lain, seperti Lampung, Tegal dan Brebes serta Jakarta.
Pasalnya menurut warga asli Cirebon itu, batu yang dijual di Cirebon harganya cukup terjangkau, jika dibandingkan dengan kota lainnya.
“Warga Jakarta sendiri banyak yang beli di sini untuk dijual kembali,” cetusnya.
Dirinya beserta rekan-rekannya meminta agar pemerintah memperhatikan para pedagang batu.
Minimalnya dengan menyediakan lahan khusus sebagai pusat penjualan batu. Tidak seperti, saat ini yang masih terpecar. ”Saat ini, warga ada yang beli ke Kesepuhan, Winaon, Pecinan dan Talang,” pungkasnya.
0 comments:
Post a Comment